Saturday, April 6, 2019

Explore Lombok di Musim Hujan, Jangan deh

Sendang Gile waterfall
Lombok adalah salah satu tempat yang masuk dalam bucket list saya sedari dulu. Mendengar kata Lombok pasti identik sekali dengan Gunung Rinjani, tapi saya tidak mampir kesana kok. Sedih ya, tidak juga karena memang akses pendakian saat saya sampai masih di tutup. Kali ini saya memiliki kesempatan untuk mengeksplore spot ini melanjutkan road trip dadakan dan serba unplan. Prinsip nanggung karena sudah dekat, berhasil membuat saya khilaf melanjutkan road trip seorang diri menjejalah sebagian dari Indonesia Timur. So, ini adalah spot-spot yang saya kunjungi selama di Lombok kurang lebih satu minggu lamanya.

Gili Trawangan 18 Jan 2019
Dari Bali saya melanjutkan perjalanan menggunakan fast boat ke Gili Trawangan. Untuk fast boat saya booked melalui situs www.gilibestdeal.com seharga Rp, 240.000 dan gratis pick up dari penginapan menuju ke Padang Bai. Setibanya di Gili trawangan saya di sambut hujan lebat, begitu turun dari kapal saya bergegas membeli jas hujan yang berakhir dengan kasus scam. Jas hujan tipis yang biasa dijual Rp.5000, dijual seharga Rp.30.000 karena tidak punya uang pas saya memberikan uang Rp.50.000 dan penjual sialan tersebut kabur. Kampret sekali hahaha
Karena hujan tidak kunjung reda dan saya mengecek penginapan saya tidak begitu jauh kurang lebih 500m dari pelabuhan. Well i decided untuk jalan kaki menuju ke penginapan. Untungnya saya bisa langsung check in. Siang itu selepas makan siang saya bersama roommate berkeliling mencari snorkeling tour. Rata-rata paket yang ditawarkan seharga Rp.150.000 untuk snorkeling di 3 Gili. Setelah berkeliling dan nego, saya mendapatkan harga Rp, 100.000 itu pun detik-detik terakhir karena kapal akan jalan pukul 1 siang. Snorkeling ini cukup worth it karena kita akan dibawa ke 3 spot snorkeling sekaligus. Yang saya tunggu tentu saja spot di Gili Meno dimana saya bisa melihat patung-patung karya seniman terkenal Jason Decaires yang terletak didasar laut.

Gili Meno
Spot yang tidak kalah menarik di Gili Meno bukan hanya patung tadi ya gengs. Kalau kamu beruntung, kamu bisa berenang bareng Penyu. yeays! tapi kebahagiaan saya tidaklah mudah karena saat mengejar penyu saya harus menahan sakit akibat sengatan jelly fish.

Sengatan jelly fish ini cukup menyakitkan, tapi efeknya tidak berapa lama akan hilang. Setelah naik kekapal, badan saya menjadi gatal dan muncul beberapa bentolan merah di kulit.
Setelah menghabiskan 2 hari 1 malam di Gili Trawangan, saya pun melanjutkan perjalanan menuju ke Lombok. Untuk menuju ke Lombok, saya memilih untuk naik Kapal feri yang cukup murah meriah yakni Rp.15.000/orang untuk sekali penyebrangan. Pukul 13.00 Wita, kapal yang saya naiki akhirnya tiba juga di pelabuhan Bangsal  Mataram, Lombok Utara. Sebelum sampai di Lombok saya sudah memiliki host Couchsurfing yang menawarkan untuk stay dirumahnya selama di Lombok. Syamsul adalah host saya, ia juga menawarkan untuk menjemput dari pelabuhan menuju kerumahnya. Setelah sampai, saya berjalan kaki keluar dari pelabuhan, karena cukup banyak calo-calo yang menawarkan jasanya. Namun saya sudah survei terlebih dahulu sebelum sampai mengenai berapa tarif yang akan diminta oleh calo tersebut jika mengantarkan kita menuju ke tempat lain seperti Senggigi dan Kuta.

Villa Hantu Senggigi
Tak berapa lama Host menjemput saya dan kami pun meninggalkan pelabuhan untuk menuju kerumahnya. Namun, dalam perjalanan Host membawa saya  untuk melihat Vila Hantu. Saya cukup excited, karena sudah pernah mendengar tentang vila ini hanya saja tidak tahu seseram apa bangunan ini. Vila ini tidaklah seseram namanya, bangunan ini justru memberikan view yang sangat indah. Bangunan ini terletak diatas tebing yang berhadapan dengan laut. Bangunan setengah jadi ini kini dijadikan obyek wisata di Lombok. Tidak jelas siapa pemilik bangunan ini dan mengapa bangunan ini tidak diselesaikan. Bangunan ini terdiri dari 3 lantai dan masing-masing ruangannya sangat luas.
view dari Vila Hantu
Saat sampai disana karena kebetulan siang hari jadi tidak banyak pengunjung. Saya berjumpa dengan satu keluarga yang berasal dari Malaysia. Usai mengitari bangunan dan mengabadikan beberapa gambar saya pun mengajak host saya untuk pulang dan menaruh ransel dan bawang bawaan lainnya.

Air Terjun Sendang Gile
Keesokan harinya, saya bersama host menuju ke Lombok tengah menemui Fillipe traveler dari Perancis yang selanjutnya menjadi travelmate saya. Kebetulan Fillipe mengalami ban bocor dan kesulitan menemukan tempat tambal ban. Usai memperbaiki ban motornya kami segera menuju ke Sembalun. Hari itu kami bertiga akan melihat keindahan air terjun yang tidak jauh dari gunung Rinjani. Akses menuju kesini dimusim hujan cukup berbahaya dan licin. Sepanjang jalan masih dalam perbaikan dan berkali-kali saya harus turun dari motor karena takut terjatuh. Begitu sampai di pos, kita akan dikenakan Rp. 10.000 biaya masuk untuk wisatawan lokal. Biaya masuk ini sudah termasuk untuk 2 wisata air terjun. Setelah berjalan kaki kurang lebih 10 menit dari pintu pos masuk, kita akan langsung menemukan air terjun pertama yakni Air Terjun Sendang Gile.
Air terjun Sendang Gile yang berada di lombok ini memiliki ketinggian sekitar 35 m. Ketika sampai, saya di sambut dengan ke jernihan air dan udara yang dingin karena saat bersamaan turun hujan. Disini kita bisa mandi atau cuma sekedar menikmati keindahan panorama sekitar air terjun yang cukup hijau dan menyegarkan mata. 

Air Terjun Tiu Kelep
Tidak jauh dari Sendang Gile, kurang lebih 20 menit jalan kaki kami akhirnya sampai di Air Terjun Tiu Kelep. Akses menuju kesini cukup rusak akibat gempa yang mengguncang Lombok tahun lalu. Air terjun Tiu Kelep adalah salah satu wisata yang berada di Lombok. Dari letak geografis, Air terjun Tiu Kelep terletak di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Air terjun ini memiliki ketinggian 42 meter. Air terjun Tiu Kelep  memiliki curah air yang besar dan deras. Sayangnya saat tiba disini, hujan deras menerpa kami. Tidak tanggung-tanggung air terjun yang jernih tersebut langsung berubah warna coklat pekat. 

Karna hujan rintik tidak kunjung reda, usai megambil gambar kami pun memutuskan pulang. Fyi, kami mengambil rute baru sehingga tidak lagi melewati jalan yang rusak parah. Dari rumah host menuju ke Senaru ini menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam pulang pergi. So, kami tidak punya waktu lagi untuk explore tempat lainnya hari itu.

Monkey Forest Pusuk
Saat dalam perjalanan pulang, kami melewati jalur hutan Pusuk. Tak berapa lama di pinggir tebing ada sebuah kawasan yang dibuat seperti rest area namun terdapat banyak monyet yang berkeliaran. Lumayan banyak orang yang stop disana dan memberi makanan kepada monyet ini. Monyet -monyet ini cukup jinak dan tidak jahil. Mampir kesini gratis gengs, cukup bayar parkir aja ya.
Keesokan harinya, saya dan Fillipe meninggalkan Lombok menuju Kuta. Pukul 08.00 pagi kami berpamitan dengan host saya dan kembali menuju ke Lombok tengah tempat dimana Filipe menginap. Dia kebetulan sudah lebih dulu tiba di Lombok daripada saya. Plan hari itu adalah menuju Bamboo craft dan Pusat tenun lombok. Lokasi bamboo craft tidak begitu jauh dari penginapan, di sana kami bertemu dan melihat proses pembuatan kerajinan dari Bamboo, kami juga dibuatkan cincin sederhana oleh penduduk lokal.


Bersama Tokoh penggiat pariwisata Lombok
Selepas makan siang, kami kembali ke penginapan, lalu berpamitan dengan host. Kali ini kami menuju ke Kuta dengan sepeda motor.  Sempat beberapa kali berhenti karena hujan yang turun, sore itu kami tiba juga di penginapan. Kami stay di Roy Homestay, penginapan yang dekat dengan kawasan Pantai Tanjung Aan. Hal ini agar memudahkan kami untuk menjelajah bagian lain dari Lombok.

Bukit Merese
Hujan reda tidak berapa lama sejak kami sampai di Kuta. Usai check in dan beristirahat, kami memutuskan untuk menghabiskan sore di Bukit Merese.  Jarak penginapan ke bukit cantik ini tidaklah jauh. Kurang lebih 10 menit kami sudah sampai di parkir. Biaya Parkir disini tergolong mahal yakni Rp. 10.000.
Bukit Merese salah satu spot hits di Lombok bagian selatan yang terkenal sebagai spot untuk menikmati sunset dan sunrise. Bukit satu ini selain memiliki pemandangan yang cantik, juga memiliki trek yang mudah didaki. Dari parkir sampai kepuncak tidak memakan waktu lama yakni kurang dari 10 menit. Bukit Merese atau penduduk lokal menyebutnya Bukit Merisik memiliki arti bukit gundul. Karena di bukit ini tidak ada pohon hanya hamparan rumput hijau luas. Sore itu cukup ramai orang-orang baik lokal maupun turis mancanegara yang menantikan sunset di Bukit Merese.

Yang menjadi incaran saya di bukit ini adalah ayunan yang menghadap kelaut. Spot ini cukup sepi ketika saya sampai. Jadi saya leluasa untuk menggunakan ayunan sembari menunggu sunset.

Pantai Tangsi / Pink Beach
Pagi itu seusai sarapan, saya dan Felipe sudah siap untuk mengeksplore Lombok. Kali ini yang menjadi tujuan adalah Pink Beach. Yaps, Lombok juga memiliki Pink Beach. Pantai yang konoin katanya berpasir pink ini menjadi incaran para wisatawan ketika mengunjungi Lombok. Jarak dari penginapan ke Pink beach ini lumayan jauh yakni 52 km. Kurang lebih 1,5 jam mengendarai motor kami sampai juga ke pantai ini. Jalan menuju kesini lumayan bagus, hanya saja saat sudah mendekati pantai, kami melewati jalan tanah licin dan becek karena hujan. So, kalian harus berhati-hati ketika memutuskan kesini. Pantai Tangsi atau yang dikenal dengan Pantai Pink di Pulau Lombok, terletak di desa Sekaroh, kecamatan Jerowaru, kabupaten Lombok Timur.
close up pasir pink beach
Begitu sampai, kami membayar biaya masuk yakni sebesar Rp. 10.000 untuk local dan Rp, 50.000 untuk asing. Harga yang tergolong mahal dan jauh berbeda dibandingkan lokal. Usai memarkirkan motor kami segera menuju ke pantai. Suasana pantai pagi itu lumayan sepi. Entah karena musim hujan atau faktor lain. Ada banyak aktivitas yang dapat dilakukan seperti snorkeling, memancing, dan menyelam, atau sekedar bersantai-santai dan berfoto-foto di tepi Pantai.
Well, bagi saya pantai ini tidak kelihatan pasir yang berwarna pink. Sangat jauh dari apa yang saya bayangkan. Tidak saya saja yang kecewa, Felipe juga nampak sangat kecewa. Jelas saja kecewa, selain jarak yang ditempuh bahkan kami terjatuh karena jalanan yang licin, rasanya tidak worth it saja. Usai berjalan di pinggir pantai, kami pun memutuskan untuk menaiki bukit yang terletak disamping pantai ini.  View diatas bukit lumayan bagus dan sepi, nampak tidak ada orang yang naik keatas. Kurang dari 1 jam kami pun memutuskan pulang kembali ke Kuta.

Well, dalam perjalanan pulang kami terpaksa berteduh lumayan lama sebab hujan tak juga reda. Hampir 1 jam kami singgah di warung warga, saat gerimis sedikit berkurang kami kembali melanjutkan perjalanan. Pukul 2 siang kami sudah sampai kembali ke penginapan. Hujan sudah berhenti, kami pun telah bersiap untuk pergi ke Pantai Kuta, namun apadaya hujan kembali turun hingga pukul 7 malam nonstop. Karena hujan tak kunjung reda, Filipe mengajak saya menemui temannya yang kebetulan menginap tak jauh dari tempat kami. Begitulah malam itu kami sampai dengan basah kuyup tapi asyiknya kami bertemu dengan teman baru. Begitu hujan agak reda kami pergi mencari makan malam di dekat penginapan.
fish&Chips ala Lombok
Usai makan malam bersama kami lalu pulang dan menyempatkan diri untuk packing karena keesokan harinya akan melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Well, dari total 7 hari di Lombok hampir setiap hari selalu saja turun hujan. Saya sepertinya traveling disaat yang salah dan kurang persiapan. So guys, saran dari saya sebelum kalian memutuskan traveling, pastikan kalian tidak melakukannya saat musim hujan karena akan sangat rugi, tidak hanya waktu tapi juga biaya. Selain itu, persiapkan juga obat, siapa tahu kalian sakit saat dalam perjalanan.  Akhir kata, thank you so much for reading. See you on my next post.

No comments:

Post a Comment

Piknik di Lake Tinaroo