Tuesday, March 5, 2019

Triavelers dadakan ke Jogjakarta


Hai guys i'm back again! Kali ini saya akan mengulas balik perjalanan solo traveling saya ke Jogja di awal tahun 2019 bulan januari lalu. Perjalanan ke jogja ini awalnnya tidak pernah ada dalam list saya tahun ini. Ide ini muncul ketika saya sedang menunggu flight ke Jakarta. Seorang kawan lama menawarkan saya untuk ikut ke Jogja bersama dengan rombongan kampusnya yang akan studi tour ke Magelang. Ajakan inilah yang akhirnya membuat saya dadakan ngebolang ke Jogja. So, bagaimana ceritanya? keep reading guys hehe.

2 januari 2019

Siang itu usai checkout dari hotel saya segera menuju ke hostel tempat saya menginap sebelumnya untuk menjemput Tamas. Tamas adalah seorang pria berkebangsaan German yang saya temui saat menginap di hostel. Dia tertarik untuk ikut ke Jogja dengan bus bersama saya. Jadilah siang itu kami naik kereta tujuan ke Depok karena meeting point bus keberangkatan ke Jogja, akan di mulai dari Kampus UI. Singkat cerita perjalanan di mulai sedikit terlambat karena menunggu sebagian mahasiswa lain. Pukul 4 sore bus mulai bergerak meninggalkan kampus. Sepanjang perjalanan tampak beberapa teman kampus Silvia mencoba mengobrol dengan Tamas. Setelah drama AC yang bocor pagi itu sekitar jam 4 subuh bus kami sudah tiba di magelang. Usai bersiap-siap pukul 6 pagi saya, Tamas dan Silvi mencoba mencari bus yang menuju ke Jogja. Yaps kami harus memisahkan diri dari rombongan mengingat kami memiliki plan berbeda.
Pagi itu kami sudah tiba di Jogjakarta dengan sedikit perasaan kesal. Yah sebelumnya saya sempat adu argumen dengan kenek bus yang memaksa kami membayar Rp. 20.000/orang. Saya tahu bahwa kami cukup membayar Rp.5.000- Rp.7.000 namun sang kenek memaksa kami untuk membayar atau kami akan diturunkan dijalan.
Setelah check-in di masing-masing hostel, saya dan Tamas memutuskan untuk menghabiskan waktu mengitari area sekitar area hostel tempat kami menginap. Kebetulan kami sama-sama belum makan apapun sedari pagi. Pilihan kami jatuh di rumah makan padang, selain murah meriah kami belum bisa menentukan pilihan mau makan apa. Setelah makan, kebetulan kami belum bisa masuk kekamar untuk beristirahat sampai jam 2 siang.  Kami kemudian memutuskan untuk menghabiskan waktu disebuah coffee shop yang cukup hits di Jogja sesuai dengan rekomendasi dari teman. 

Move On Coffee
Kesan pertama yang saya dapatkan dari tempat ini tentu saja dari tagline yang super menarik " Colder than your EX". Tentu saja kalimat singkat ini cukup menggelitik. Kafe ini memiliki interior yang terkesan cool dan terdiri dari 2 lantai. Selain Kopi, menu hits lainnya adalah Gelato.  Pilihan saya jatuh pada Caffee late dan Tamas memesan segelas Capucino. Didominasi oleh warna putih, kafe ini juga menawarkan hal yang cukup jarang ditemui yakni kursi yang berupa ayunan. Selain itu di pojok ruangan terdapat rak buku yang memajang piringan hitam dan yang pasti memajang buku-buku dan novel.


Usai menikmati coffee, kami memutuskan untuk kembali lagi ke Hostel mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Setelah menaruh backpack, saya tanpa sungkan menyapa roommate baru. Mereka adalah student asal Korea, Argentina dan Papua Nugini. Saya yang belum memiliki plan akan kemana selama di Jogja meminta rekomendasi mereka yang telah lebih dulu sampai di Jogja. Mereka menyarankan untuk mengunjungi hutan pinus. Usai mengobrol, saya kembali ke bed dan mulai menyusun plan where to go and what to do in Jogja versi Triavelers. 

Sensasi Malam Hari di Hutan Pinus Pengger
Sebuah kebetulan, ternyata teman kampus semasa kuliah sebut saja Rosyid ternyata berada di Jogja pada saat itu. Tak menyia-yiakan kesempatan saya segera menghubungi Ocid. Setelah mengobrol basa basi busuk haha, kami menyepakati untuk ke Hutan Pinus Pengger sore itu. Tepat sebelum maghrib, Ocid sudah tiba didepan gerbang hostel dan kami pun segera menuju ke Hutan Pinus Pengger.
Hutan Pinus Pengger terletak di dusun Sendangsari, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Jogjakarta.  Jarak yang ditempuh kurang lebih 45 menit untuk menuju kesini dari hostel saya. Disini kalian bisa menikmati keindahan kota Jogja. View di malam hari pun sangat cantik, kerlap kerlip lampu dikejauhan menjadi background photo yang tampak sempurna. Selain view yang indah, kalian juga bisa melakukan kegiatan Camping disini, selain itu fasilitas lain yang bisa dinikmati terdapat gazebo-gazebo cantik dimana kalian bisa menikmati makanan sembari menikmati view indah kota Jogja.

night with ocid
Hutan Pinus Pengger ini dibuka mulai dari pukul 07.00 Wib pagi sampai pukul 23.00 Wib. Saran saya sebaiknya kalian datang dimalam hari dan saat tidak hujan untuk mendapatkan view yang menurut saya berkali lipat bagusnya dari view di siang hari. Biaya masuk disini Free guys. Kalian cukup membayar biaya parkir saja Rp. 3000 untuk motor dan Rp. 5.000 untuk Mobil. Bagaimana sangat menarik bukan tempat wisata satu ini, sudah gratis tempatnya juga sangat bagus.

The most important thing is, kalian jangan takut photo kalian bocor. Disini kalian bisa mengambil photo dibeberapa spot yang ada tanpa takut ada orang lain yang mengganggu. Karena disini menyediakan jasa photo dengan sistem antri. Setelah sampai, ada baiknya kalian langsung mengambil nomor antri supaya tidak menunggu terlalu lama. Setelah selesai berphoto kalian bisa memilih photo mana yang akan kalian ambil. Biaya yang dikeluarkan Rp.4000 untuk 1 file photo. Cukup murah bukan, dan hasil photonya dijamin no kaleng-kaleng. keceh beut guys! hahaha

4 Januari 2019
Sunrise di Kebun Buah Mangun
Sesuai dengan rencana, saya dan Ocid akan melihat sunrise di Negeri atas awan Jogja. Saya terjaga pukul 4.30 Wib. Setelah mencuci muka dan bersiap, saya berulang kali menghubungi Rosyid mengingatkan dia untuk tidak datang terlambat sebab saya tidak ingin terlambat untuk  melihat Sunrise disana. Berdasarkan info dari google tempat ini cukup ramai para pemburu matahari pagi.
Setelah menunggu dengan penuh kekesalan, Ocid baru datang menjemput kurang lebih pukul 5.25 Wib. Kami bergegas menuju ke Kebun buah mangun, ternyata rutenya sama dengan rute menuju ke Hutan Pinus Pengger yang kami datangi semalam.

Kebun buah mangun adalah kebun buah yang dikelola oleh Dinas pertanian setempat. Kebun ini ditanami berbagai macam tumbuhan dimana kita bisa liburan sekaligus mengenal berbagai jenis tumbuhan. Terdapat 1500 pohon Durian, 950 pohon Mangga, 300 pohon jambu air, 220 pohon jeruk dan 200 pohon aneka tanaman lainnya. Kebun buah mangunan terletak kurang lebih 35 km dari pusat kota Jogja tepatnya di Desa Mangun, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Jogjakarta.  


Sebenarnya daya tarik tempat ini adalah puncak kebun yang disebut juga Negeri diatas Awan. Spot inilah yang menjadi incaran para wisatawan untuk datang. Kebun ini di buka dari pukul 5.00 Wib sampai dengan pukul 18.00 Wib. So, kalian bisa menikmati sunset dan sunrise di sini. Fasilitas dan akses menuju ketempat inipun sangat bagus sehingga memudahkan para pengunjung. Oh ya untuk biaya masuk kalian akan dikenai biaya Rp. 5000/orang. Cukup murah dan terjangkau kan guys. Thats why i love Jogja. Murah, bagus dan dijamin tidak pernah mengecewakan.

Begitu sampai, tampak banyak orang sudah sampai disini, jadi saya cukup sulit untuk mencari spot yang tepat untuk mengambil photo berlatarkan awan. Karena datang cukup telat, saya tidak dapat berlama-lama menikmati sunrise dan hamparan awan yang menutupi perbukitan dibawahnya. So guys, jika kalian ingin mengejar pemandangan sunrise yang indah pastikan kalian datang pagi -pagi sekali ya.


Hutan Pinus Mangunan
Tidak jauh dari kebun buah mangunan, Rosyid membawa saya ke salah satu spot hutan pinus lagi. Yaps kami lagi-lagi datang ke hutan pinus yakni hutan pinus Mangunan. letaknya persis satu jalur dengan kebun buah Mangun tadi, hanya perlu beberapa menit untuk sampai kesini. Yaps hutan pinus ini adalah hutan pinus kedua yang saya kunjungi. Kebetulan kami datang pagi sekali kurang lebih pukul 07.00 pagi. Suasananya masih sangat sepi, hanya terlihat beberapa motor dan mobil yang terparkir disana. 

Biaya masuk hutan pinus ini Rp.2500/orang dan biaya parkir motor Rp. 3000. Sebelum menjadi destinasi wisata, tempat ini adalah hutan yang dikelola untuk memproduksi getah pohon pinus. Namun karena menarik, banyak anak-anak muda tertarik datang kesini untuk mengambil photo. Disini terdapat sebuah panggung seperti panggung teater ditengah-tengah hutan yang dikelilingi oleg kursi-kursi yang terbuat dari pohon. Tempat ini sangat cantik sehingga sangat menarik dijadikan spot photo. Gimana tertarik kesini?


Selain keindahan pohon-pohon pinus, disini juga terdapat beberapa fasilitas yang bisa kamu coba jika berkunjung kesini seperti outbond track, gazebo dan gardu pandang. Jika mencoba naik ke gardu pandang kalian harus berhati-hati ya gaes. Kebetulan ketika sampai tidak ada orang disana, saya mencoba naik dan cukup greget sensasi ngeri-ngeri sedap. Sebab pohon yang dijadikan pondasi terus bergoyang. Namun tidak ada salahnya mencoba naik kesini ya. Kalian bisa melihat hamparan hutan hijau dikejauhan. Gimana bernyali naik kesini?



Menjelajah Istana Air Taman sari
Setelah menjelajah keindahan alam diarea Bantul, kami memutuskan untuk pulang ke Jogja. Kebetulan saya tertarik untuk mengunjungi water castle yang baru-baru ini menjadi viral dan spot hits di kalangan milenial. Karena sudah ke Jogja jadi tidak ada salahnya saya mampir ke sini. Ternyata saat sampai, taman sari ini belum di buka, jadi kami harus menunggu beberapa saat.

Taman Sari Yogyakarta merupakan bekas kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini dijadikan sebagai tempat wisata. Kebun yang memiliki luas lebih dari 10 Ha ini dibangun pada masa Sultan Hamengkubuwono I berkuasa. Terdapat 57 bangunan dalam kebun ini, seperti kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, dan danau buatan. Beberapa bangunan lainnya berupa gedung, lorong bawah air, serta pulau buatan juga dapat dinikmati ketika berkunjung ke sini.
Jam operasional Taman sari ini dibuka pukul 08.00 - 14.00 Wib.  Sedangkan untuk biaya masuk yakni Rp. 5000/orang dan akan dikenai biaya tambahan jika membawa kamera profesional. Karena wilayah yang sangat luas dan cukup membingungkan, pihak pengelola juga menyediakan jasa tourguide dengan biaya Rp.25.000. 

Sayangnya saat saya tiba disini, kolam yang menjadi spot hits sedang dalam proses renovasi. Jadi saya cukup berpuas diri mengambil photo di kolam yang kecil ini. Namun tidak kalah menarik bukan hehe.  Selain kolam, yang menjadi incaran orang untuk berphoto adalah masjid bawah tanah. Lokasi masjid terletak dalam kawasan yang sama namun cukup membingungkan untuk sampai kesini. Jadi kalian bisa eksplore dan banyak-banyak bertanya karena tempat wisata ini berada di sekitar perumahan warga. So Happy exploring ya.

Usai mengeksplore Taman sari, saya dan ocid memutuskan untuk pulang beristirahat. Karena hari itu hari jumat dan sebagai good people, Ocid harus sholat jumat guys. Trip ini adalah trip terakhir saya di temani Ocid, karena dia harus pulang ke Jambi. So i have to explore by myself.

Makan Gudeg Yudjum dan keliling Keraton 

Siang harinya setelah beristirahat, saya kembali bertemu dengan Tamas. Tamas mengajak untuk mencoba makanan tradisional khas Jogja. Dia memang selalu excited untuk mencoba makanan Indonesia. Usai bersiap-siap kami bertemu sekaligus makan siang bersama di Gudeg Yudjum. Gudeg Yu Djum merupakan salah satu rumah makan di Yogyakarta yang khusus menjual gudeg. Perintis rumah makan ini adalah ibu Djuwariah yang biasa dipanggil Yu Djum. Gudeg yang dijual dapat dikemas dalam kotak, besek, atau kendil yang dapat bertahan hingga dua hari dengan cara pengukusan.
Untuk harga  gudeg bervariasi  tergantung dengan dengan lauk yang dipilih ya. Harga gudeg bervariasi mulai dari Rp. 30.000- Rp. 90.000. Makanan ini jadi kuliner favorit yang harus kalian coba jika sedang berkunjung ke Jogja.

Usai makan gudeg, kami melanjutkan perjalanan berkeliling disekitar keraton. Keraton Jogja merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan kehidupan  yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini.

Kraton Yogyakarta terbuka untuk kunjungan wisatawan setiap hari mulai pukul 09.00 – 14.00 WIB. Khusus hari Jumat kraton tutup pukul 11.00 WIB. Tiket masuk sebesar Rp 5.000 (wisatawan domestik) dan Rp 15.000 (wisatawan asing). Kompleks Kraton Yogyakarta memiliki 2 loket masuk, yang pertama terletak di Tepas Keprajuritan (depan Alun-alun Utara) dan di Tepas Pariwisata (Regol Keben). Jika ingin melihat koleksi yang lebih lengkap disarankan untuk masuk melalui Tepas Pariwisata.


Selain menyaksikan koleksi benda-benda milik keluarga kerajaan, wisatawan yang berkunjung ke Kraton Yogyakarta juga bisa menyaksikan aneka pertunjukan seni seperti macapat, gamelan, wayang orang, wayang golek menak, wayang kulit, dan tari srimpi yang di gelar di Bangsal Manganti. Pertunjukan ini dimulai pukul 10.00 WIB (Senin – Kamis), pukul 09.00 (Jumat), dan pukul 09.30 (Sabtu – Minggu).


Setelah puas mengitari area keraton, saya dan Tamas keluar berkeliling disekitar komplek dan juga tak lupa mengunjungi pusat keramaian Malioboro. Lagi-lagi, dia di stop oleh sekelompok siswa yang meminta waktu untuk wawancara. Usai mengelilingi Malioboro kami menuju ke bakpia pathok, yakni salah satu ole-ole terkenal khas jogja. Tamas penasaran dengan makanan satu ini. Sebelum memutuskan pulang sesuai permintaannya, Tamas ingin mencoba pangkas rambut di Indonesia. Dia super excited karena hanya perlu membayar Rp.13.000 saja, sangat jauh berbeda jika potong rambut di German. Yah apa sih yang tidak murah jika di Indonesia haha tapi jangan di compare kan lah guys. Karena selain kualitas dan alat-alat yang digunakan pun jauh berbeda. Perjalanan hari itu berakhir ketika kami memutuskan untuk pulang ke hostel masing-masing. 

5 Januari 2019
Pagi-pagi sekali saya checkout dari hostel dan akan extend 2 hari lagi di Jogja sampai tanggal 7 Januari. Hostel yang baru ini terletak tidak jauh dari hostel lama, jadi saya cukup berjalan kaki menuju kesana. Suatu kebetulan saya dipersilahkan untuk langsung check in, ternyata hari itu saaya satu-satunya guest yang menginap di sana. Hari ini saya tidak memiliki plan dan mengontak Tamas namun sepertinya doi sudah jalan duluan. Saya memutuskan untuk mencoba makanan disekitar hostel sebelum memutuskan akan kemana. 

Mencoba Gelato di Tempo Del Gelato
Setelah mengantarkan pakaian ke laundry, saya menyusuri jalanan Prawirotaman, tak jarang beberapa tukang becak menawarkan jasanya. Saya menolak dengan tersenyum halus kepada mereka karena jarak hostel ke tempat gelato yang tidak terlalu jauh. Tempo Del Gelato adalah tempat hits di Jogja untuk menikmati Gelato. Kebetulan saat saya sampai kedai ini baru buka dan belum ramai pengunjung. Kebetulan sebelum mencoba saya sempat membaca review dan rekomendasi tempat makan enak di jogja dan tempat ini selalu masuk didalam list.

Gelato di sini memiliki 36 macam varian rasa, di antaranya vanilla, cokelat, oreo, spicy chocolate, coconut, goodtimechocolate, matcha tea, nutella, yoghurt, tiramisu, praline, banana chocolate, white chocolate, apricot, kiwi, mangga, buah naga, leci, lemon, coffee caramel, coffee, passion, strawberry, dan salted caramel.
Selain bisa memiliki banyak rasa, kita bisa menikmati es krim dengan menggunakan mangkuk atau cone. Untuk harganya tentu berbeda. Jika memakai cone kita akan dikenai harga Rp 25.000, sedangkan menggunakan mangkuk dihargai Rp 20.000. Baik menggunakan cone atau mangkuk kita bisa mengkombinasikan 2 varian rasa sesuai selera. Gimana guys tertarik mencoba gelato disini?

Sendirian hiking Gunung Merapi Purba
Usai menikmati Gelato saya memutuskan untuk menyewa motor. Yah kali ini saya sudah memutuskan akan kemana menghabiskan 6 jam tersisa siang hari itu. Karena merupakan tempat wisata, kalian bisa mendapatkan sewa motor on the spot dengan berbagai macam harga tergantung yang mana yang kalian suka. Saya menyewa motor Honda Vario untuk 2 hari. Setelah mendapatkan motor, saya pun sempat mampir berbelanja snack dan perbekalan di gerai toko yang ada dimana sebut saja indoapril haha.
Tujuan saya siang itu adalah melakukan bush walking pertama saya di Jogja yakni di Gunung Nglanggeran. Gunung ini terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul yang berada pada deretan Pegunungan Baturagung. Gunung api purba terbentuk sekitar 0,6-70 juta tahun yang lalu atau yang memiliki umur tersier (Oligo-Miosen).  Gunung Nglanggeran memiliki batuan yang sangat khas karena didominasi oleh aglomerat dan breksi gunung api. 

Lokasi gunung ini terletak 25 Km dari pusat kota Jogja, karena sendiri saya mengandalkan bantuan Google maps untuk sampai kesini. Kalian bisa bebas datang kapan saja kesini ya guys karena gunung ini buka 24 jam. Untuk biaya masuk akan dikenai Rp. 15.000/orang dan parkir motor Rp.2000. Lumayan murah kan hehe.  Saat sampai saya melihat tidak begitu banyak motor yang parkir. Usai membayar administrasi mulailah saya menjelajah. Jangan ditanya saya pergi dengan siapa. Sendiri guys haha.
Menurut google tinggi Gunung ini sekitar 700Mdpl. Jujur saja estimasi saya 1 jam akan sampai dipuncak haha saya cukup pede menargetkan waktu. Sepanjang perjalanan trek yang dilalui cukup mudah namun juga butuh kehati-hatian. Langit cukup menggantung tidak mengurungkan niat saya untuk tetap melanjutkan perjalanan. Karena sudaah jauh-jauh kesini maka saya harus sampai ke puncak. Sebuah tekad yang kuat ferguso hahaa.

Sesekali saya menjumpai rombongan yang akan turun dari puncak gunung. Di sepanjang jalan kita ada banyak petunjuk arah sehingga memudahkan kita dalam mendaki. Oh ya selama hiking kita akan menemukan beberapa jalur menanjak dan harus menaiki beberapa tangga. Selain itu yang cukup unik saya melewati jalanan sempit di antara dua bukit dinding batu yang gelap. Noted, saya tidak tahu adakah jalur lain untuk sampai kepuncak bagi orang yang memiliki ukuran badan besar ya. Saya harus berjalan miring untuk melewati jalur ini. Sangat menantang kan guys haha.

Kurang lebih 1,5 jam saya sudah sampai di puncak pendakian. Saat tiba di puncak saya tidak menjumpai orang lain. Mungkin karena peminat yang sepi atau karena memang cuaca mendung membuat siang itu tidak banyak pendaki yang naik. Oh ya Puncak gunung api purba ini disebut dengan Gunung Gede.  Dari atas kita bisa melihat hamparan hijau hutan dan sawah-sawah yang membentang luas. Sebuah perjalanan yang cukup berkesan bagi saya. Sendiri itu asyik dan yeah i enjoy it. 
Langit yang mendung membuat saya tidak bisa berlama-lama di puncak. Setelah hilang rasa lelah, saya mulai beranjak meninggalkan puncak untuk turun kebawah dan pulang. Dalam perjalanan turun inilah saya baru berjumpa dengan beberapa orang dan pasangan yang akan naik. Mungkin mereka mengincar sunset dari puncak gunung.
Dalam perjalanan pulang menuju kembali ke Jogja, saya singgah sejenak di kedai kopi yang fenomenal yaitu Filosopi Kopi. Kafe yang menjadi salah satu tempat shooting film Filosopi Kopi. Tak berapa lama kemudian huja deras turun mengguyur jogja sore itu membuat saya harus menunggu lebih lama. Segelas kopi dan hujan di sore hari, suasana romantis yang sulit di tolak. Godaan solo traveling tuh ya begini. Sometimes kita ngerasain butuh teman jalan buat sharing ngisi kekosongan waktu.

6 Januari 2019 
Solo Traveling Ke Candi Borobudur
Pagi-pagi sekali usai sarapan saya sudah bersiap meninggalkan hostel untuk menuju ke Candi Borobudur. Yaps siapa sih yang tidak kenal dengan candi yang sudah mendunia ini. Jadi,  Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.

Jam operasional candi ini dimulai dari pukul 06.00-17.00 Wib. Tidak susah  untuk menuju spot satu ini. Petunjuk arah yang jelas, serta  banyaknya kendaraan yang menuju kesana semakin memudahkan saya. Pukul 10.30 saya sudah sampai ke candi dan segera memarkirkan motor. Begitu sampai tampak spot ini sudah ramai sekali orang-orang berlalu lalang. Saya segera menuju ke tempat antrian tiket karena sudah tidak sabar untuk menaiki puncak Borobudur. Biaya masuk untuk wisatawan lokal orang dewasa dikenai biaya Rp. 50.000/orang. 
Untuk naik keatas saya harus sabar mengantri karena banyak orang-orang yang naik pada saat bersamaan.  Saya tak langsung naik ke atas tapi saya mengitari terlebih dahulu candi. Begitu menemukan spot sepi, saya langsung beraksi cepat memasang tripod go pro saya dan langsung cekrek ria haha. 

 Resiko liburan di High Season adalah jika kita traveling ke daerah yang touristik kita harus bisa berlapang dada saat berphoto. Cause why? kita akan menghadapi banyak cobaan guys. Baru pose sudah ada saja orang yang lewat hahaha. But sometimes, itu bukan masalah kok, malah kadang hal tersebut bisa menjadikan objek photo yang beragam. Tips jika ingin mengambil photo sepi di sini tanpa ada orang lain, kalian bisa ikut tur sunrise borobudur atau datanglah saat bukan musim liburan. Di jamin photo dengan latar sunrise dan Borobudur yang sepi akan menjadikan photo kita semakin cetar.
So, itulah things i've done selama kurang lebih 5 hari 4 malam di Jogja. Sebenarnya ada banyak spot wisata yang bisa saya kunjungi dan tidak kalah menarik. Akan tetapi saya memilih untuk tidak terlalu rush dalam artian saya tidak memiliki target harus 5 tempat wisata dalam sehari. Oh no saya tidak akan menikmati perjalanan. Karena bisa saja saya baru sampai, kemudian langsung berpindah kespot berikutnya. Thats not me aahhaa. Thank you for reading, see you on my next journey.







No comments:

Post a Comment

Piknik di Lake Tinaroo